May Day bakal datang. Dalam perayaan Hari Buruh Internasional itu, biasanya para buruh melakukan unjukrasa, dan cenderung anarkhis. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri punya gagasan, perayaan Hari Buruh Internasional tanggal 1 Mei itu memiliki daya tarik pariwisata.
Sebab menurut Menaker, perayaan buruh selama ini identik dengan aksi demonstrasi turun ke jalan yanag terkesan negatif. Itu menurutnya agar diubah menjadi sebuah perayaan semacam karnaval sehingga citra pergerakan buruh menjadi lebih positif.
“Bagaimana caranya membuat perayaan May Day yang bisa menjadi daya tarik pariwisata. Itu perlu dilakukan agar citra pergerakan buruh menjadi positif dan menarik,” ungkap Menaker Hanif saat memberikan sambutan pada acara peluncuran buku Quo Vadis: Selintas Perjalanan Panjang Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia di Hotel Puri Denpasar, Jakarta Selatan, Selasa (25/4/2017).
Perayaan May Day dalam bentuk karnaval bisa mengundang antusiasme masyarakat. Pesan yang disamaikan dapat lebih mudah dimengerti.
“Memperingati May Day melalui karnaval budaya. Pertunjukan seni dan olah raga seperti pementasan pencak silat yang di dalamnya bisa diselipkan pesan-pesan yang ingin disampaikan buruh. Jadi perayaan May Day seperti ini lebih banyak pertunjukannya dan sedikit orasi,” tambahnya.
Menaker Hanif mendorong agar buruh memanfaatkan May Day sebagai momentum untuk meningkatkan reputasi dari pergerakan buruh.
“Bagaimana memanfaatkan may day untuk meningkatkan pergerakan buruh ini menjadi popular dan lebih kuat. May day dimanfaat untuk meningkatkan reputasi dari gerakan buruh,” ujar Menaker Hanif.
Pada kesempatan yang sama, Menaker Hanif juga menyinggung persoalan terkait semakin menurunnya partisipasi buruh dalam serikat pekerja/serikat buruh.
“Partisipasi buruh ke dalam serikat saat ini menurun. Dari 3,4 juta sekarang 2,7 juta. Padahal di awal reformasi sampai 8-9 juta. Jumlah Serikat Pekerja di tingkat perusahaan juga menurun dari 14 ribuan menjadi 7 ribuan,” katanya.
Namun Menaker Hanif justru heran, karena meski jumlah keikutsertaan buruh menurun namun jumlah Konfederasi dan Federasi buruh malah bertambah.
“Tapi jumlah federasi naik menjadi 112. Jumlah konfederasi naik 14-15. Artinya di atas bertambah tapi di bawah berkurang. Padahal kuncinya adalah yang di bawah,” ujarnya. jss