PALUPOS.COM – Pascagempa dan tsunami aktivitas belajar-mengajar di Kota Palu, Sulawesi Tengah hingga kini belum berjalan normal. Pasalnya, rata-rata sekolah belum ada kegiatan belajar-mengajar dikarenakan sangat sedikitnya siswa yang datang. Para siswa ini masih trauma untuk masuk kelas.
Seperti di SD Tatura II dan SD Tatura III di Jalan Igusti Ngurah Rai, Kecamatan Palu Selatan, siswa yang hadir tidak sampai 10 orang. Padahal total murid di sini sekitar 300 orang.
“Bagaimana mau belajar pak, jika murid yang datang saja tidak sampai 10 orang,” kata Kepala Sekolah SD Inpres II Tatura, Nirwana Novitasari, Senin 15 Oktober 2018 seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Meskipun belum adanya proses belajar, tambah Nirwana, siswa yang datang tetp diberikan motivasi dan semangat.
“Kita tidak paksakan mereka untuk belajar normal seperti biasa, sebab pasca gempa dan tsunami membuat orang, termasuk anak-anak, trauma berat dan perlu pemulihan,” ujarnya.
Hal yang sama juga terlihat di SD Inpres II dan SD Inpres VI Lolu, kecamatan Palu Timur. Di dua sekolah itu juga belum ada aktivitas belajar-mengajar. Guru dan murid yang datang hanya bersih-bersih dan setelah itu diperbolehkan untuk pulang.
Para guru memaklumi kondisi seperti ini, sebab banyaknya murid yang mengungsi bersama orangtua saat gempa dan tsunami melanda Kota Palu dan beberapa kabupaten lainnya di Provinsi Sulteng.
Seorang guru di SD Inpres VI Lolu, Basri mengatakan sejak sepekan terakhir ini, sekolah sudah dibuka kembali, tetapi belum ada kegiatan belajar mengajar. Hal ini karena murid yang datang hanya sedikit.
“Memang butuh waktu lama, sebab anak-anak pasti belum mau sekolah karena masih trauma,” ucap Basri.
Basri juga mengatakan kemungkinan besar proses belajar mengajar akan dilakukan sementara di tenda halaman sekolah. Hal itu mengingat para murid tentunya masih trauma belajar di dalam ruang kelas karena gempa. (cnnindonesiacom)